Minggu, 18 Oktober 2015

5 Makanan Ekstreme Di Korea

Percaya tidak, segala hal yang berasal dari Korea kini sedang populer dan mendunia. Mendatangkan berbagai decak kagum dan passion untuk mencoba. Mulai dari kosmetik, style fashion, busana, hingga kuliner Korea, rasanya bikin penasaran. Tak heran kalau kemudian produk-produk asal Korea ini laris di banyak negara, termasuk di Indonesia. Ngomong-ngomong soal makanan Korea, coba kita ingat kembali, makanan apa yang sudah sempat dicoba? Galbi, bibimbap, kimchi, Wah… semua makanan itu banyak yang ngefans dan disukai nyaris semua lidah Indonesia. Tetapi, mungkin Anda belum tahu kalau ada alasan lain bahwa kuliner Korea ini begitu beken di dunia. Ya, tentu saja karena kuliner ekstrimnya. Seandainya Anda sedaang jalan-jalan ke Korea Selatan, Anda akan bertemu dengan beberapa tantangan kuliner ekstrim yang mengundang adrenalin. Beberapa bahannya mungkin juga sudah banyak Anda temui di dalam negri. Dan bukan sesuatu yang terlalu mengerikan kok. Tetapi, bagi sebagian besar warga negara asing asal Eropa atau Amerika, makanan-makanan ini benar-benar menantang adrenalin. Nah, kita lihat deh apakah Anda berani juga mencicipi aneka makanan asal Korea ini?

1. Dalkbal
Makanan Ekstreme Di Korea
Kalau yang satu ini mungkin Anda malah doyan dan bisa menghabiskan sepanci sendiri kalau sudah dibumbui dan dimasak. Namun bagi sebagian besar orang di luar negri, untuk memasukkan makanan yang satu ini ke dalam mulut, butuh keberanian yang sangat besar. Dalkbal berbahan utama kaki ayam, yang dipotong kukunya, dibersihkan kemudian dimasak dengan bumbu khusus. Disajikan dengan warna kecokelatan yang menggiurkan dan taburan wijen, ah orang Indonesia malah sulit untuk menolak menu yang satu ini. Dalkbal dikenal sebagai makanan yang istimewa dan tidak selalu disajikan setiap hari. Umumnya ia hanya disajikan di momen-momen tertentu saja. Atau bisa ditemui di resto-resto mahal apabila Anda memesannya.

2. Hongeo
Makanan Ekstreme Di Korea
Menu yang satu ini menjadi makanan ekstrim tak hanya bagi turis yang datang ke Korea saja, namun juga mereka warga Korea. Hongeo adalah semacam sushi ikan pari yang disajikan mentah. Bagian yang menantang, ikan ini mengeluarkan aroma ammonia yang sangat keras, sehingga Anda sampai harus menutup hidung saat mengkonsumsinya. Banyak orang yang merasa mual saat memasukkan makanan ini ke mulut, tetapi soal rasa, wah pecinta sushi pasti menggemarinya. Terlepas dari aromanya yang sangat menyengat, apakah Anda berminat mencoba sushi yang satu ini?

3. Beongdegi
Makanan Ekstreme Di Korea
Seperti diceritakan di situs Seoleats, Beongdegi adalah salah satu ekstrim kuliner yang ternyata dijual di nyaris setiap sudut taman di Korea. Orang Korea sudah biasa menemui makanan semacam ini dan tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang aneh. Namun Anda mungkin akan geli karena di Indonesia, bahannya biasa dipakai sebagai umpan memancing atau makanan burung. Beongdegi ini adalah larva ulat sutra yang dikukus dan disajikan lengkap dengan jus protein di dalamnya. Rasanya mungkin tidak begitu special, dan bahkan seperti sedikit aneh. Tetapi ketika masuk di dalam mulut dan cairan yang ada di dalam bungkusnya meledak, Anda akan tahu betapa menantangnya kuliner asal Korea yang satu ini. Lebih uniknya lagi, ternyata Anda tidak hanya bisa memperolehnya di pedagang kaki lima di area taman Korea. Tetapi, supermarket juga menjualnya sebagai makanan bebas.

4. Sannakji
Makanan Ekstreme Di Korea
Sebenarnya kalau yang satu ini Anda benar-benar ditantang untuk berani memakannya. Sannakji adalah menu sajian gurita. Tetapi jangan dibayangkan kalau ia sudah dibakar dan disajikan dengan sambal di atas piring. Gurita yang satu ini justru disajikan mentah-mentah dan masih bergerak. Meskipun masih bisa bergerak, sebenarnya gurita ini sudah mati kok. Hanya saha tentakelnya masih akan aktif dan terlihat menggeliat dalam beberapa waktu yang cukup lama. Saat didekatkan ke mulut, Anda akan merasakan bagaimana tentakelnya berusaha menyedot bibir dan lidah Anda. Nyaris benar-benar seperti sedang hidup dengan semua gerakan aktifnya. Apakah Anda pikir ini adalah hal gila? Wah tidak juga untuk warga Korea. Tradisi ini justru sampai sekarang tetap dilestarikan dan bisa ditemui di sebagian besar resto di Korea. Tapi tenang saja, umumnya yang disajikan adalah bayi gurita yang ukurannya kecil kok. Jadi Anda tidak akan lari ketakutan dan malah terluka.

5. Jokbal
Makanan Ekstreme Di Korea
Apabila telah dipotong dan disajikan di piring sih tampak seperti daging barbekyu biasa. Tetapi sebagian besar masyarakat Indonesia tidak akan mau ditantang makan menu yang satu ini. Jadi, dia bukan menu yang halal khususnya bagi umat Muslim. Akan tetapi, Jokbal ini adalah salah satu makanan yang begitu populer dan digandrungi di Korea. Biasa disajikan dibungkus dengan sangchu dan ditambah sedikit ssamjang dan bawang putih, umumnya warga Korea gemar menikmatinya dengan teman sedikit alkohol. Jadi, seumpama jika Anda pergi ke Korea dan melihat ada kaki babi dipajang di dekat talenan kayu. Maka Anda tak perlu kaget. Sebab, apabila Anda memesannya, ia akan disajikan dalam bentuk sudah diiris tipis dan siap makan. Nah, itulah beberapa makanan aneh yang terkesan sangat ekstrim dari Negara Korea. Ada yang sanggup menjajalnya?
http://abidin76.blogspot.co.id/2014/03/5-makanan-aneh-dan-paling-ekstrim-dari.html
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 11:26:00 PM
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 11:26:00 PM

Kematian Firaun Terungkap

Kematian Firaun Terungkap
Temuan tim forensik arkeologi yang dituangkan di sebuah jurnal Inggris berhasil mengungkap sebab kematian Firaun ribuan tahun sebelum masehi. Temuan ini mematahkan berbagai mitos yang mengatakan Firaun mati digigit ular atau diracun.

Diberitakan CNN, Selasa 18 Desember 2012, dalam British Medical Journal dikatakan bahwa Firaun Ramses III yang hidup sekitar 1156 SM mati akibat digorok lehernya. Penguasa Mesir ini diduga menjadi korban pembunuhan salah satu selirnya pada upaya kudeta atas dirinya.

Hal ini terbukti pada bekas luka dalam di pada leher Ramses III yang dimumi. Menurut laporan forensik tersebut, luka sedalam itu kemungkinan terjadi akibat sayatan pisau tajam.

"CT Scan menunjukkan bukti bahwa pengkhianat membunuh Ramses III dengan menggorok lehernya," tulis laporan di jurnal itu.

Dalam CT Scan tersebut, terlihat bahwa leher, tenggorokan dan arteri Ramses III tergorok membuatnya mati seketika. "Luka ini tidak mungkin terjadi setelah kematian, karena kalung di sekitar leher mumi masih menempel dan tidak rusak saat dilepaskan pada 1886. Di lehernya juga ada aspal yang harus dihilangkan dengan menggunakan palu," ujar laporan itu lagi.

Selain itu, bukti lainnya bahwa luka itu ada sebelum pembalseman adalah ditemukannya amulet bentuk mata Horus di dalam leher Ramses III. "Keberadaan amulet di dalam jaringan lunak menunjukkan bahwa luka terjadi sebelum dibalsem," tulis laporan.

Raja Ramses III memerintah Mesir sejak 1187 hingga 1156 SM. Dalam pembunuhannya, putra Ramses III, Pangeran Pentawere dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Pentawere kemudian dimumi dengan cara yang berbeda dengan para pendahulunya. Mumi Pentawere dibalut dengan kulit kambing, sebagai bentuk hukuman atas pembunuhan raja.

"Penggunaan kulit kambing atau domba dalam pemakaman kerajaan sangat jarang dilakukan, karena materi ini dianggap tidak suci," lanjut laporan itu lagi.
http://abidin76.blogspot.co.id/2013/02/terungkap-misteri-kematian-firaun.html
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 11:15:00 PM
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 11:15:00 PM

Biografi D.N Aidit Tokoh PKI

Biografi D.N Aidit Tokoh PKI
Dipa Nusantara Aidit yang lebih dikenal dengan D.N. Aidit (lahir di Tanjung Pandan, Belitung, 30 Juli 1923 – meninggal di Boyolali, Jawa Tengah, 22 November 1965 pada umur 42 tahun) adalah seorang pemimpin senior Partai Komunis Indonesia (PKI). Lahir dengan nama Ahmad Aidit di Pulau Belitung, ia akrab dipanggil "Amat" oleh orang-orang yang akrab dengannya. Aidit mendapat pendidikan dalam sistem kolonial Belanda.

Kehidupan awal
Ia dilahirkan dengan nama Achmad Aidit di Belitung, dan dipanggil "Amat" oleh orang-orang yang akrab dengannya. Pada masa kecilnya, Aidit mendapatkan pendidikan Belanda. Ayahnya, Abdullah Aidit, ikut serta memimpin gerakan pemuda di Belitung dalam melawan kekuasaan kolonial Belanda, dan setelah merdeka sempat menjadi anggota DPR (Sementara) mewakili rakyat Belitung. Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah perkumpulan keagamaan, "Nurul Islam", yang berorientasi kepada Muhammadiyah. Keluarga Aidit berasal-usul dari Maninjau, Agam, Sumatera Barat.

Karier politik
Menjelang dewasa, Achmad Aidit mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit. Ia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang menyetujuinya begitu saja.

Dari Belitung, Aidit berangkat ke Jakarta, dan pada 1940, ia mendirikan perpustakaan "Antara" di daerah Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat. Kemudian ia masuk ke Sekolah Dagang ("Handelsschool"). Ia belajar teori politik Marxis melalui Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda (yang belakangan berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia). Dalam aktivitas politiknya itu pula ia mulai berkenalan dengan orang-orang yang kelak memainkan peranan penting dalam politik Indonesia, seperti Adam Malik, Chaerul Saleh, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mohammad Yamin. Menurut sejumlah temannya, Hatta mulanya menaruh banyak harapan dan kepercayaan kepadanya, dan Achmad menjadi anak didik kesayangan Hatta. Namun belakangan mereka berseberangan jalan dari segi ideologi politiknya.

Meskipun ia seorang Marxis dan anggota Komunis Internasional (Komintern), Aidit menunjukkan dukungan terhadap paham Marhaenisme Sukarno[3] dan membiarkan partainya berkembang tanpa menunjukkan keinginan untuk merebut kekuasaan. Sebagai balasan atas dukungannya terhadap Sukarno, ia berhasil menjadi Sekjen PKI, dan belakangan Ketua. Di bawah kepemimpinannya, PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia, setelah Uni Soviet dan RRC. Ia mengembangkan sejumlah program untuk berbagai kelompok masyarakat, seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI), Lekra, dan lain-lain.

Dalam kampanye Pemilu 1955, Aidit dan PKI berhasil memperoleh banyak pengikut dan dukungan karena program-program mereka untuk rakyat kecil di Indonesia. Dalam dasawarsa berikutnya, PKI menjadi pengimbang dari unsur-unsur konservatif di antara partai-partai politik Islam dan militer. Berakhirnya sistem parlementer pada tahun 1957 semakin meningkatkan peranan PKI, karena kekuatan ekstra-parlementer mereka. Ditambah lagi karena koneksi Aidit dan pemimpin PKI lainnya yang dekat dengan Presiden Sukarno, maka PKI menjadi organisasi massa yang sangat penting di Indonesia.

Peristiwa G-30-S
Pada 1965, PKI menjadi partai politik terbesar di Indonesia, dan menjadi semakin berani dalam memperlihatkan kecenderungannya terhadap kekuasaan. Pada tanggal 30 September 1965 terjadilah tragedi nasional yang dimulai di Jakarta dengan diculik dan dibunuhnya enam orang jenderal dan seorang perwira. Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa G-30-S.

Pemerintah Orde Baru di bawah Jenderal Soeharto mengeluarkan versi resmi bahwa PKI-lah pelakunya, dan sebagai pimpinan partai, Aidit dituduh sebagai dalang peristiwa ini. Tuduhan ini tidak sempat terbukti, karena Aidit meninggal dalam pengejaran oleh militer ketika ia melarikan diri ke Yogyakarta dan dibunuh di sana oleh militer.

Kematian dan kontroversi
Ada beberapa versi tentang kematian DN Aidit ini. Menurut versi pertama, Aidit tertangkap di Jawa Tengah, lalu dibawa oleh sebuah batalyon Kostrad ke Boyolali. Kemudian ia dibawa ke dekat sebuah sumur dan disuruh berdiri di situ. Kepadanya diberikan waktu setengah jam sebelum "diberesi". Waktu setengah jam itu digunakan Aidit untuk membuat pidato yang berapi-api. Hal ini membangkitkan kemarahan semua tentara yang mendengarnya, sehingga mereka tidak dapat mengendalikan emosi mereka. Akibatnya, mereka kemudian menembaknya hingga mati. versi yang lain mengatakan bahwa ia diledakkan bersama-sama dengan rumah tempat ia ditahan. Betapapun juga, sampai sekarang tidak diketahui di mana jenazahnya dimakamkan.

Selain kematiannya, kelahiran Aidit pun bermacam-macam versi. Beberapa mengatakan Aidit kelahiran Medan, 30 Juli 1923 dengan nama lengkap Dja'far Nawi Aidit. Keluarga Aidit konon berasal dari Maninjau, Sumatera Barat yang pergi merantau ke Belitung.[4] Namun banyak masyarakat Maninjau tidak pernah mengetahui dan mengakui hal itu.

Tulisan
DN Aidit banyak menuliskan pikiran-pikirannya dalam sejumlah buku dan tulisan. Sebagian daripadanya adalah:


  • Sedjarah gerakan buruh Indonesia, dari tahun 1905 sampai tahun 1926 (1952)
  • Perdjuangan dan adjaran-adjaran Karl Marx (1952)
  • Menempuh djalan rakjat: pidato untuk memperingati ulangtahun PKI jang ke-32 - 23 Mei 1952 (1954)
  • Tentang Tan Ling Djie-isme: referat jang disampaikan pada kongres nasional ke-V PKI (1954)
  • Djalan ke Demokrasi Rakjat bagi Indonesia: (Pidato sebagai laporan Central Comite kepada Kongres Nasional ke-V PKI dalam bulan Maret 1954 (1955) / bahasa Inggris: The road to people's democracy for Indonesia (1955)
  • Untuk kemenangan front nasional dalam pemilihan umum, dan kewadjiban mengembangkan kritik serta meninggikan tingkat ideologi Partai: Pidato dimuka sidang pleno Central Comite ke-3 PKI pada tanggal 7 Agustus 1955 (1955)
  • Pertahankan Republik Proklamasi 1945!: Perdjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan nasional, perdamaian dan demokrasi sesudah pemilihan parlemen (1955)
  • Menudju Indonesia baru: Pidato untuk memperingati ulang-tahun PKI jang ke-33 (1955)
  • Perjuangan dan adjaran-adjaran Karl Marx (1955)
  • Revolusi Oktober dan rakjat2 Timur (1957)
  • 37 tahun Partai Komunis Indonesia (1957)
  • Masjarakat Indonesia dan revolusi Indonesia: (soal² pokok revolusi Indonesia) (1958)
  • Sendjata ditangan rakjat (1958)
  • Kalahkan konsepsi politik Amerika Serikat (1958)
  • Visit to five socialist states: talk by D.N. Aidit at the Sports Hall in Djakarta on 19th September (1958)
  • Konfrontasi peristiwa Madiun (1948) - Peristiwa Sumatera (1956) (1958)
  • Ilmu pengetahuan untuk rakjat, tanahair & kemanusiaan (1959)
  • Pilihan tulisan (1959)
  • Introduksi tentang soal2 pokok revolusi Indonesia kuliah umum (1959)
  • Untuk demokrasi dan kabinet gotong rojong (laporan umum Comite Central Partai Komunis Indonesia kepada Kongres Nasional ke-VI) (1959)
  • Dari sembilan negeri sosialis: kumpulan laporan perlawatan kesembilan negeri sosialis (1959)
  • Peladjaran dari sedjarah PKI (1960)
  • Indonesian socialism and the conditions for its implementation (1960)
  • Memerangi liberalisme (1960)
  • 41 tahun PKI (1961)
  • PKI dan MPRS (1961)
  • Perkuat persatuan nasional dan persatuan komunis!: laporan politik ketua CC PKI kepada Sidang Pleno ke-III CC PKI pada achir tahun 1961 (1961)
  • Anti-imperialisme dan Front Nasional (1962)
  • Setudju Manipol harus setudju Nasakomn (1962)
  • Pengantar etika dan moral komunis (1962)
  • Tentang Marxisme (1962)
  • Untuk demokrasi, persatuan dan mobilisasi laporan umum atas nama CC PKI kepada Kongres Nasional ke-VI (1962)
  • Indonesian communists oppose Malaysia (1962)
  • Berani, berani, sekali lagi berani: laporan politik ketua CC PKI kepada sidang pleno I CC PKI, disampaikan pada tanggal 10 Februari 1963 (1963)
  • Hajo, ringkus dan ganjang, kontra revolusi: pidato ulangtahun ke-43 PKI, diutjapkan di Istana Olah Raga "Gelora Bung Karno" pada tanggal 26 Mei 1963 (1963)
  • Langit takkan runtuh (1963)
  • Problems of the Indonesian revolution (1963)
  • Angkatan bersendjata dan penjesuaian kekuasaan negara dengan tugas² revolusi; PKI dan Angkatan Darat (1963)
  • PKI dan ALRI (SESKOAL) (1963)
  • PKI dan AURI (1963)
  • PKI dan polisi (1963)
  • Dekon dalam udjian (1963)
  • Peranan koperasi dewasa ini (1963)
  • Dengan sastra dan seni jang berkepribadian nasional mengabdi buruh, tani dan pradjurit (1964)
  • Aidit membela Pantjasila (1964)
  • PKI dan Angkatan Darat (Seskoad) (1964)
  • Aidit menggugat peristiwa Madiun: pembelaan D.N. Aidit dimuka pengadilan Negeri Djakarta, Tgl. 24 Februari 1955 (1964)
  • "The Indonesian revolution and the immediate tasks of the Communist Party of Indonesia" (1964)
  • Untuk bekerdja lebih baik dikalangan kaum tani (1964)
  • Dengan semangat banteng merah mengkonsolidasi organisasi Komunis jang besar: Djadilah Komunis jang baik dan lebih balk lagi! (1964)
  • Kobarkan semangat banteng! - Madju terus, pantang mundur! Laporan politik kepada sidang pleno ke-II CCPKI jang diperluas dengan Komisi Verifikasi dan Komisi Kontrol Central di Djakarta tanggal 23-26 Desember 1963 (1964) / bahasa Inggris: Set afire the banteng spirit! - ever forward, not retreat! - political report to the second plenum of the Seventh Central Committee Communist Party of Indonesia, enlarged with the members of the Central, 1963 (1964)
  • Kaum tani mengganjang setan-setan desa: laporan singkat tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani Djawa Barat (1964)
  • Perhebat ofensif revolusioner di segala bidang! Laporan politik kepada sidang pleno ke-IV CC PKI jang diperluas tanggal 11 Mei 1965 (1965)
  • Politik luarnegeri dan revolusi Indonesia (kuliah dihadapan pendidikan kader revolusi angkatan Dwikora jang diselenggarakan oleh pengurus besar Front Nasional di Djakarta) (1965)
  • Selain itu, sebagian dari tulisan-tulisannya juga diterbitkan di Amerika Serikat dengan judul The Selected Works of D.N. Aidit (2 vols.; Washington: US Joint Publications Research Service, 1961).
https://id.wikipedia.org/
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 07:44:00 PM
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 07:44:00 PM

Biografi Musso Tokoh PKI

Biografi Musso Tokoh PKI
Musso atau Paul Mussotte ,bernama lengkap Muso Manowar atau Munawar Muso (lahir: Kediri, Jawa Timur, 1897 - Madiun, Jawa Timur, 31 Oktober 1948) adalah seorang tokoh komunis Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an dan dilanjutkan pada Pemberontakan Madiun 1948.

Musso adalah salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut Stalin dan anggota dari Internasional Komunis di Moskwa. Pada tahun 1925 beberapa orang pemimpin PKI membuat rencana untuk menghidupkan kembali partai ini pada tahun 1926, meskipun ditentang oleh beberapa pemimpin PKI yang lain seperti Tan Malaka. Pada tahun 1926 Musso menuju Singapura dimana dia menerima perintah langsung dari Moskwa untuk melakukan pemberontakan kepada penjajah Belanda. Musso dan pemimpin PKI lainnya, Alimin, kemudian berkunjung ke Moskwa, bertemu dengan Stalin, dan menerima perintah untuk membatalkan pemberontakan dan membatasi kegiatan partai menjadi dalam bentuk agitasi dan propaganda dalam perlawananan nasional. Akan tetapi pikiran Musso berkata lain. Pada bulan November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa kota termasuk Batavia (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Musso dan Alimin ditangkap. Setelah keluar dari penjara Musso pergi ke Moskwa, tetapi kembali ke Indonesia pada tahun 1935 untuk memaksakan "barisan populer" yang dipimpin oleh 7 anggota Kongres Komintern. Akan tetapi dia dipaksa untuk meninggalkan Indonesia dan kembali ke Uni Soviet pada tahun 1936.

Pada 11 Agustus 1948 Musso kembali ke Indonesia lewat Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1948 dia memberikan pidato yang menganjurkan agar Indonesia merapat kepada Uni Soviet. Pemberontakan terjadi di Madiun, Jawa Timur ketika beberapa militan PKI menolak untuk dilucuti. Pihak militer menyebutkan bahwa PKI memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" pada tanggal 18 September 1948 dan mengangkat Musso sebagai presiden dan Amir Sjarifuddin sebagai perdana menteri. Akan tetapi pemberontakan dapat dipadamkan oleh pihak militer. Pada tanggal 30 September 1948, Madiun direbut oleh TNI dari Divisi Siliwangi. Ribuan kader partai terbunuh dan sejumlah 36.000 orang dipenjarakan. Di antara yang terbunuh adalah Musso pada tanggal 31 Oktober, ketika rombongannya bertemu dengan pasukan TNI yang memburunya.
https://id.wikipedia.org/
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 07:35:00 PM
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 07:35:00 PM

Akhir Hayat 5 Tokoh PKI Yang Di-Skak Mat

Tokoh komunis Indonesia ini sudah di SKAK MAT!
Mereka dikenal sebagai petinggi atau tokoh Partai Komunis Indonesia. Sejarah mencatat nama mereka dengan tinta hitam karena berbeda ideologi dengan pemerintah yang sah.
Dua kali pemberontakan komunis berakhir dengan kegagalan. Tahun 1948 di Madiun pemberontakan komunis langsung dihancurkan pasukan gabungan tentara Soekarno. Percobaan pemberontakan tahun 1965 pun kembali menemui kegagalan. Kali ini bahkan lebih tragis, jutaan kader dan anggota PKI ditumpas habis Jenderal Soeharto.
Maka nasib para petinggi partai merah ini pun hampir selalu bernasib tragis. Semuanya meregang nyawa ditembus peluru. Beberapa tak diketahui kuburnya.
Tak ada penghormatan untuk jenazah mereka, karena dieksekusi sebagai pemberontak. Pemerintah yang menang menembak mereka sebagai orang taklukan yang kalah.

1. Muso, anak seorang KH Hasan Muhyi alias Rono Wijoyo, seorang pelarian pasukan Diponegoro
Akhir Hayat 5 Tokoh PKI Yang Di-Skak Mat
Negara Republik Soviet Indonesia yang diproklamirkan tokoh komunis Muso di Madiun tak berumur panjang. Negara yang didirikan tanggal 18 September 1948 itu langsung dihancurkan pasukan TNI yang menyerang dari Timur dan Barat. Dalam waktu dua minggu, kekuatan bersenjata tentara Muso dihancurkan pasukan TNI.Muso, Amir Syarifuddin dan pimpinan PKI Madiun melarikan diri. Di tengah jalan, Amir dan Muso berbeda pendapat. Muso melanjutkan perjalanan hanya ditemani beberapa pengawal.Tanggal 31 Oktober, pasukan TNI di bawah pimpinan Kapten Sumadi memergoki Muso di Purworejo. Muso menolak menyerah dan melarikan diri. Dia bersembunyi di sebuah kamar mandi. Di sana dia terlibat baku tembak hingga tewas.
Beberapa sumber menyebutkan jenazah Muso kemudian dibawa ke alun-alun dan dibakar.
Temuan baru muncul mengungkap siapa sebenarnya Musso atau Munawar Musso alias Paul Mussote (nama ini tertulis dalam novel fiksi Pacar Merah Indonesia karya Matu Mona), tokoh komunis Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an. Nama Musso terus berkibar hingga pemberontakan Madiun 1948.

Musso dilahirkan di Kediri, Jawa Timur 1897. Sering disebut-sebut, Musso adalah anak dari Mas Martoredjo, pegawai kantoran di Kediri. Penelusuran merdeka.com mengungkap cerita lain, bahwa Musso ternyata putra seorang kiai besar di daerah Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kiai besar itu adalah KH Hasan Muhyi alias Rono Wijoyo, seorang pelarian pasukan Diponegoro.

Kabar bahwa Musso diragukan sebagai anak Mas Martoredjo muncul dari informasi awal Ning Neyla Muna (28), keluarga Ponpes Kapurejo, Pagu, Kediri yang menyebut Musso itu adalah keluarga mereka.

Sulit untuk dipercayai, jika Musso anak pegawai kantoran biasa di desa, bisa menjadi pengikut Stalin dan fasih berbahasa Rusia. Bahkan untuk berteman dengan Stalin dan bisa melakukan aktivitasnya yang menjelajah antarnegara hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya di masa itu.

Kalau bukan anak orang berpengaruh, sulit pula baginya menjadi pengurus Sarekat Islam pimpinan H.O.S Tjokroaminoto. Selain di Sarekat Islam, Musso juga aktif di ISDV (Indische Sociaal-Democratishce Vereeniging atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda).

Saat di Surabaya Musso pernah kos di Jl. Peneleh VII No. 29-31 rumah milik HOS Tjokroaminoto, guru sekaligus bapak kosnya. Selain Musso di rumah kos itu juga ada Soekarno, Alimin, Semaun, dan Kartosuwiryo.

Musso, Alimin, dan Semaun dikenal sebagai tokoh kiri Indonesia. Sedangkan nama yang terakhir, menjelma menjadi tokoh Darul Islam, ekstrem kanan. Mereka dicatat dalam sejarah perjalanan revolusi di Indonesia.

Saat kos itu, Musso menjadi salah seorang sumber ilmu Bung Karno dalam setiap percakapan. Seperti misalnya saat Musso menyoal penjajahan Belanda, "Penjajahan ini membuat kita menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa."

Merdeka.com menemui KH Mohammad Hamdan Ibiq, pengasuh Ponpes Kapurejo, Pagu Kediri untuk bertanya tentang siapa Musso. "Saya hanya mengetahui Musso memang keluarga besar Ponpes Kapurejo, namun yang paham itu adalah KH Muqtafa, paman kami. Yang saya pahami Musso itu anak gawan (bawaan), jadi saat KH Hasan Muhyi menikahi Nyai Juru, Nyai Juru sudah memiliki putra salah satunya Musso. Makam keduanya berada di komplek Pondok Pesantren Kapurejo," kata Gus Ibiq paggilan akrab KH Hamdan Ibiq, akhir bulan lalu.

Penelusuran dilanjutkan ke rumah KH Muqtafa di Desa Mukuh, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri. Tiba di rumah KH Muqtafa, si empunya rumah tampak sedang asyik mutholaah kitab kuning (membaca dan memahami kitab kuning) tepat di depan pintu rumahnya.

Setelah mengucapkan salam dan dijawab, kemudian Kyai Tafa mempersilakan masuk. Rumah lelaki pensiunan pegawai Departemen Agama ini tampak asri, tembok warna putih dan ada bagian gebyog kayu jati yang menandakan pemiliknya orang lama. Ditambah beberapa hiasan kaligrafi Arab yang ditulis dengan indah menempel di antara dinding rumahnya. Selanjutnya Kiai Tafa masuk ke rumah induk dan berganti pakaian yang semata-mata dia lakukan untuk menghormati tamunya.

Lima menit berlalu, Kiai Tafa keluar dan menanyakan maksud kedatangan. Sebelumnya lelaki yang sudah tampak uzur ini menyatakan meski keturunan keluarga pesantren, dia tak memiliki santri. Sebab dia harus menjadi pegawai negeri dan berpindah-pindah tempat.

"Mau bagaimana lagi memang harus seperti itu," kata Kiai Tafa membuka perbincangan.

Setelah mengutarakan maksud dan tujuan untuk mengetahui sejarah Ponpes Kapurejo, kemudian penuh semangat, Kiai Tafa menjelaskan secara gamblang dengan suara yang sangat berwibawa.

Belum membuka pembicaraan tentang Musso, merdeka.com hanya ingin mengetahui arah pembicaraannya seperti yang disampaikan Gus Ibiq, bahwa Kyai Tafa lah yang menjadi kunci silsilah keluarga Pondok Pesantren, Kapurejo.

"KH Hasan Muhyi itu orang Mataram, sebenarnya namanya adalah Rono Wijoyo. Beliaulah pendiri Pondok Pesantren Kapurejo. Beliau menikah sebanyak tiga kali, istri pertamanya adalah Nyai Juru. Dari pernikahannya yang pertama itu KH Hasan Muhyi diberikan 12 putra. Dan maaf salah satunya mungkin orang mengenal dengan nama Musso," ujar Kiai Tafa yang sedikit canggung ketika menyebut nama Musso.

Meski canggung, Kiai Tafa kembali menegaskan itulah fakta sejarah. "Mau bagaimana lagi itulah fakta sejarah," tukasnya.

2. Amir Syarifuddin, Menteri Yang Selingkuhi NASAKOM
Akhir Hayat 5 Tokoh PKI Yang Di-Skak Mat
Amir Syarifuddin pernah menempati sejumlah posisi penting saat Indonesia baru merdeka. Dia pernah menjadi Menteri Penerangan, Menteri Pertahanan, bahkan Perdama Menteri Republik Indonesia. Tapi hasil perjanjian Renville memutar nasib Amir 180 derajat.Saat itu Amir menjadi negosiator utama RI dalam perjanjian itu. Isi perjanjian Renville memang tak menguntungkan RI. Belanda hanya mengakui Yogyakarta, Jawa Tengah dan Sumatera. Maka Amir dikecam kiri-kanan. Kabinetnya jatuh. Dia kemudian bergabung dengan Muso dalam Negara Republik Soviet Indonesia di Madiun tanggal 19 September 1948.Saat pemberontakan Madiun dihancurkan TNI, Amir melarikan diri. Dia akhirnya ditangkap TNI di hutan kawasan Purwodadi. Tanggal 19 Desember 1948, bersamaan dengan Agresri Militer II, Amir ditembak mati bersama para pemberontak Madiun yang tertangkap. Eksekusi dilakukan dengan buru-buru.
Sebelum meninggal Amir menyanyikan lagu internationale, yang merupakan lagu komunis. Amir juga sempat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Peluru seorang polisi militer mengakhiri hidupnya.

3. Dipa Nusantara Aidit, Akhiri Hidup Dengan Berondongan AK-47
Akhir Hayat 5 Tokoh PKI Yang Di-Skak Mat
Dipa Nusantara (DN) Aidit langsung melarikan diri dari Jakarta saat Gerakan 30 September 1965 gagal. Aidit lari ke daerah basis PKI di Yogyakarta. Aidit lalu berkeliling ke Semarang dan Solo. Dia masih sempat menemui beberapa pengurus PKI di daerah untuk melakukan koordinasi.Tanggal 22 November 1965, Aidit ditangkap pasukan Brigade Infantri IV Kostrad di kampung dekat Stasiun Solo Balapan. Aidit bersembunyi dalam sebuah ruangan yang ditutup lemari. Kepada Komandan Brigif IV, Kolonel Jasir Hadibroto, Aidit minta dipertemukan dengan Soekarno. Aidit mengaku sudah membuat pengakuan tertulis soal G30S. Dokumen itu rencananya akan diberikan pada Soekarno.
Tapi keinginan Aidit tak pernah terpenuhi. Keesokan harinya, Jasir dan pasukannya membawa Aidit ke sebuah sumur tua di belakang markas TNI di Boyolali. Aidit berpidato berapi-api sebelum ditembak. Berondongan AK-47 mengakhiri hidup Ketua Comite Central PKI itu. Kuburan pasti Aidit tak diketahui hingga kini.
Dipa Nusantara Aidit pada 1980-an adalah Syu'bah Asa. Seniman dan wartawan ini memerankan Ketua Umum Comite Central Partai Komunis Indonesia itu dalam film Pengkhianatan G-30-S/PKI. Setiap 30 September film itu diputar di TVRI. Lalu di depan layar kaca kita ngeri membayangkan sosoknya: lelaki penuh muslihat, dengan bibir bergetar memerintahkan pembunuhan itu.

Di tempat lain, terutama setelah Orde Baru runtuh dan orang lebih bebas berbicara, PKI didiskusikan kembali. Juga Aidit. Pikiran-pikirannya dipelajari seperti juga doktrin-doktrin Marxisme-Leninisme. Dalam sebuah diskusi di Yogyakarta, seorang penulis muda pernah di luar kepala mengutip doktrin 151--ajaran dasar bagi kaum kiri dalam berkesenian. Diam-diam komunisme dipelajari kembali dan Aidit menjadi mitos lain: sang idola.

Dia memulai "hidup" sejak belia. Putra Belitung yang lahir dengan nama Achmad Aidit itu menapaki karier politik di asrama mahasiswa Menteng 31--sarang aktivis pemuda "radikal" kala itu. Bersama Wikana dan Sukarni, ia terlibat peristiwa Rengasdengklok--penculikan Soekarno oleh pemuda setelah pemimpin revolusi itu dianggap lamban memproklamasikan kemerdekaan. Ia terlibat pemberontakan PKI di Madiun, 1948. Usianya baru 25 tahun. Setelah itu, ia raib tak tentu rimba. Sebagian orang mengatakan ia kabur ke Vietnam Utara, sedangkan yang lain mengatakan ia bolak-balik Jakarta-Medan. Dua tahun kemudian, dia "muncul" kembali.

Aidit hanya butuh waktu setahun untuk membesarkan kembali PKI. Ia mengambil alih partai itu dari komunis tua--Alimin dan Tan Ling Djie--pada 1954, dalam Pemilu 1955 partai itu sudah masuk empat pengumpul suara terbesar di Indonesia. PKI mengklaim beranggota 3,5 juta orang. Inilah partai komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina.

Dalam kongres partai setahun sebelum pemilu, Aidit berpidato tentang "jalan baru yang harus ditempuh untuk memenangkan revolusi." Dipa Nusantara bercita-cita menjadikan Indonesia negara komunis. Ketika partai-partai lain tertatih-tatih dalam regenerasi kader, PKI memunculkan anak-anak belia di tampuk pimpinan partai: D.N. Aidit, 31 tahun, M.H. Lukman (34), Sudisman (34), dan Njoto (27).

Tapi semuanya berakhir pada Oktober 1965, ketika Gerakan 30 September gagal dan pemimpin PKI harus mengakhiri hidup di ujung bedil. Aidit sendiri tutup buku dengan cara tragis: tentara menangkapnya di Boyolali, Jawa Tengah, dan ia tewas dalam siraman satu magazin peluru senapan Kalashnikov serdadu.

4. MH Lukman, Anak Kesayangan Proklamator RI Muhammad Hatta
Akhir Hayat 5 Tokoh PKI Yang Di-Skak Mat
Muhammad Hatta Lukman, orang kedua di Partai Komunis Indonesia setelah Aidit. Bersama Njoto dan Aidit, ketiganya dikenal sebagai triumvirat, atau tiga pemimpin PKI. MH Lukman mengikuti ayahnya yang dibuang ke Digoel, Papua. Sejak kecil dia terbiasa hidup di tengah pergerakan. Nama Muhammad Hatta diberikan karena Lukman sempat menjadi kesayangan Mohammad Hatta, proklamator RI.

Tapi seperti beberapa tokoh pemuda Menteng 31 pada tahun 1945, Lukman memilih komunis sebagai jalan hidup. Setelah pemberontakan Madiun 1948, triumvirat ini langsung melejit, mengambil alih kepemimpinan PKI dari para komunis tua. Di pemerintahan, Lukman sempat menjabat wakil ketua DPR-GR.Tak banyak data mengenai kematian Lukman. Saat itu beberapa hari setelah Gerakan 30 September gagal, Lukman diculik dan ditembak mati tentara. Mayat maupun kuburannya tak diketahui.
Tokoh Politbiro Comite Central PKI Sudisman di pengadilan menyebut tragedi pembunuhan Aidit, Lukman dan Njoto, sebagai ‘jalan mati’. Karena ketiganya tak diadili dan langsung ditembak mati.

5. Njoto, Orang Kepercayaan Soekarno Untuk Tulis Pidato Kenegaraan
Akhir Hayat 5 Tokoh PKI Yang Di-Skak Mat
Njoto merupakan Wakil Ketua II Comite Central PKI. Orang ketiga saat PKI menggapai masa jayanya periode 1955 hingga 1965. Njoto juga kesayangan Soekarno. Aidit sempat menganggap Njoto lebih Sukarnois daripada Komunis.Njoto menjadi menteri kabinet Dwikora, mewakili PKI. Dia salah satu orang yang dipercaya Soekarno untuk menulis pidato kenegaraan yang akan dibacakan Soekarno. Njoto seniman, pemusik, dan politikus yang cerdas.Menjelang tahun 1965, isu berhembus. Njoto diisukan berselingkuh dengan wanita Rusia. Ini yang membuat Aidit memutuskan akan memecat Njoto. Menjelang G30S, Njoto sudah tak lagi diajak rapat pimpinan tinggi PKI.
Kematian Njoto pun simpang siur. Kabarnya tanggal 16 Desember 1965, Njoto pulang mengikuti sidang kabinet di Istana Negara. Di sekitar Menteng, mobilnya dicegat. Njoto dipukul kemudian dibawa pergi tentara. Diduga dia langsung ditembak mati.
Sama dengan kedua sahabatnya, Aidit dan Lukman, kubur Njoto pun tak diketahui.
Fakta Baru Musso dan Aidit di-Skak Mat Kyai NU
Asep Dudinov AR, kompasianer menuliskan buah pikirannya. Dalam buku “Berangkat dari Pesantren” buah karya KH. Saifuddin Zuhri, ia menemukan kisah menarik ihwal Musso dan Aidit, dua gembong PKI (Partai Komunis Indonesia) yang sama sama menjadi tokoh kunci dalama dua peristiwa berbeda.
Musso tak bisa dipisahkan dengan “Madiun Affair” 1948 bahkan berakhir dengan kematian yang tragis. Soe Hok Gie dalam Orang Orang di Persimpangan Kiri Jalan menggambarkan akhir seorang Musso bahwa mayatnya dibawa ke alun alun Ponorogo dan selanjutnya…dibakar.
Sedangkan Dipa Nusantara Aidit adalah tokoh PKI di tahun tahun ketika partai itu sedang dalam puncak kejayaannya. Perselingkuhan kaum komunis dengan golongan nasionalis dan agama membawa PKI berada di atas angin di tahun 1960-an. Nasib buruk lantas meninju PKI pada tahun 1965 karena dituduh menjadi dalang dari terbunuhnya tujuh pahlawan revolusi.
Siapa menduga, Musso yang dikenal Soekarno sebagai orang yang jago pencak dan suka berkelahi ini pernah takluk oleh seorang kyai NU (Nahdlatul Ulama) bernama Haji Hasan Gipo.
Beginilah kisahnya yang saya ringkas dari “Berangkat dari Pesantren.”
Suatu ketika, Musso terlibat perdebatan dengan KH. Abdul Wahab Hasbullah mengenai adanya Tuhan. Sebagai seorang atheis, Musso tentu saja tak percaya pada Tuhan. Perdebatan pun makin seru dan menjurus kasar karena Musso memang seorang yang emosional.
Musso yang berbadan tegap melawan kiai Wahab yang pendek lagi kecil, orang orang yang melihat perdebatan pun makin was was takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Kiai Wahab pun lalu berpikir bahwa tak ada gunanya juga melanjutkan diskusi dengan “orang jahil” semacam Musso ini.
Bukan karena Kiai Wahab takut, untuk seorang Musso saja pasti bisa diselesaikan dengan mudah karena Kiai Wahab yang juga pendekar silat itu pernah menaklukan 3 atau 4 penyamun yang tubuhnya jauh lebih besar dari Musso ketika melakukan perjalanan angker antara Makkah dan Madinah sekitar tahun 1920-1925. Diskusi dengan Musso hanya mengandalkan main jotos dan mulut besar, kiai Wahab merasa buang buang tenaga saja. Senjata manusia adalah akal pikiran dan akhlak mulia, bukan kepalan tinju.
Haji Hasan Gipo (Tanfidziyah NU tahun 1926) mengambil alih tempat kiai Wahab dalam berdebat dengan Musso. Haji Hasan Gipi terkenal sebagai seorang tokoh NU yang bisa bermain menurut irama gendang. Main halus, ayo. Main kasar, oke. Singkat kata, semua cara bisa ia layani.
Dan Musso pun ditantang untuk bersama Haji Hasan Gipo menghampiri jalan kereta Surabaya-Batavia di dekat krian (antara Surabaya-Mojokerto) untuk menyambut kereta api ekspres yang sedang berlari kencang dengan batang leher masing masing. Begitu kereta api muncul dalam kecepatan tinggi, keduanya harus meletakkan leher masing masing di atas rel agar digilas lokomotif serta seluruh rangkaian kereta api hingga tubuh mereka hancur berkeping keping.
Nah, dengan jalan demikian, keduanya akan memperoleh keyakinan-ainul yaqin haqqul yakin-tentang adanya Allah Swt…! Tapi Musso yang terkenal berangasan dan mudah marah itu dengan badannya yang besar dan kekar seolah menciut saja ditantang seperti itu oleh Haji Hasan Gipo. Musso pun gentar. Ia takut setakut takutnya takut pada tantangan itu.
Sedangkan Aidit pernah kena skak mat dari KH. Saifuddin Zuhri yang pada waktu itu sedang menjabat menteri agama.
Ceritanya, dalam sidang DPA dibicarakan ihwal membasmi hawa tikus yang merusak tanaman padi di sawah, D. N Aidit dengan sengaja melancarkan pertanyaan dengan nada sindiran. Padahal, waktu itu tempat duduk KH. Saifuddin Zuhri dengan Aidit hanya berjarak 20 senti meter saja.
“Saudara ketua, baiklah kiranya ditanyakan kepada Menteri Agama yang duduk di sebelah kanan saya ini, bagaimana hukumnya menurut agama Islam memakan daging tikus?”
Saifuddin Zuhri merasa ditantang dengan sindirang beraroma penghinaan itu. Sebagai seorang tokoh partai yang pintar tentunya Aidit paham betul jawaban dari apa yang ia tanyakan tersebut. Tetapi Aidit dengan sengaja mendemonstrasikan antipatinya terhadap Islam. KH. Saifuddin Zuhri pun lantas menjawab dengan tak kalah cerdiknya.
“Saudara ketua, tolong beritahukan kepada si penanya di sebelah kiriku ini bahwa aku ini sedang berjuang agar rakyat mampu makan ayam goreng, karena itu jangan dibelokkan untuk makan daging tikus!”
Tentu saja jawaban yang diberikan KH. Saifuddin Zuhri mengundang gelak para anggota termasuk Bung Karno yang memimpin sidang DPA. Saya bisa membayangkan Aidit terdiam seribu bahasa.[mrd/dbs/voa-islam.com]

Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 07:18:00 PM
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 07:18:00 PM

Perjanjian Linggarjati

Pihak Inggris terus mengupayakan perundingan agar menjadi jalan terbaik dalam menyelesaikan konflik antara pihak Indonesia dengan Belanda dengan perantaraan diplomat Inggris, Lord Killearn. Pada awalnya pertemuan diselenggarakan di Istana Negara dan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Dalam perundingan itu pihak Indonesia dipimpin Sutan Syabrir dan pihak Belanda oleh Pro. Schermerhorn. Kemudian perundingan dilanjutkan di Linggarjati.

Isi perjanjian Linggarjati:

1.Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.

2.Akan dibentuk negara federal dengan nama Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.

3.Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai kepala uni.

4.Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Uni Indonesia-Belanda sebelum tanggal 1 Januari 1949

Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani tanggal 15 November 1946 mendapat tentangan dari partai-partai politik yang ada di Indonesia. Sementara itu, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6 tahun 1946 tentang penambahan anggota KNIP untuk partai besar dan wakil dari daerah luar Jawa. Tujuannya adalah untuk menyempurnakan susunan KNIP. Ternyata tentangan itu masih tetap ada, bahkan presiden dan wakil presiden mengancam akan mengundurkan diri apabila usaha-usaha untuk memperoleh persetujuan itu ditolak.
Pengesahan Perjanjian Linggarjati

Akhirnya, KNIP mengesahkan perjanjian Linggarjati pada tanggal 25 Februari 1947, bertempat di Istana Negara Jakarta. Persetujuan itu ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947. Apabila ditinjau dari luas wilayah, kekuasaan Republik Indonesia menjadi semakin sempit, namun bila dipandang dari segi politik intemasional kedudukan Republik Indonesia bertambah kuat. Hal ini disebabkan karena pemerintah Inggris, Amerika Serikat, serta beberapa negara-negara Arab telah memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia.

Persetujuan itu sangat sulit terlaksana, karena pihak Belanda menafsirkan lain. Bahkan dijadikan sebagai alasan oleh pihak Belanda untuk mengadakan Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1947. Bersamaan dengan Agresi Militer I yang dilakukan oleh pihak Belanda, Republik Indonesia mengirim utusan ke sidang PBB dengan tujuan agar posisi Indonesia di dunia internasional semakin bertambah kuat. Utusan itu terdiri dari Sutan Svahrir, H. Agus Salim, Sudjatmoko, dan Dr. Sumitro Djojohadikusumo.

Kehadiran utusan tersebut menarik perhatian peserta sidang PBB, oleh karena itu Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar dilaksanakan gencatan senjata dengan mengirim komisi jasa baik (goodwill commission) dengan beranggotakan tiga negara. Indonesia mengusulkan Austra-lia, Belanda mengusulkan Belgia, dan kedua negara yang diusulkan itu menunjuk Amerika Serikat sebagai anggota ketiga. Richard C. Kirby dari A.ustralia, Paul van Zeeland dari Belgia, dan Frank Graham dari Amerika Serikat. Di Indonesia, ketiga anggota itu terkenal dengan sebutan Komisi Tiga Negara (KTN). Komisi ini menjadi perantara dalam perundingan berikutnya.
http://jagosejarah.blogspot.co.id/
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 07:01:00 PM
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 07:01:00 PM

Sejarah Dan Peristiwa Rengasdengklok

Sejarah Dan Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok terjadi dikarenakan adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dan tua tentang masalah kapan dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian tersebut berlangsung tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1945. Golongan muda membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke rengasdengklok dengan tujuan untuk mengamankan keduanya dari intervensi pihak luar. Daaerah Rengasdengklok dipilih karena menurut perhitungan militer, tempat tersebut jauh dari jalan raya Jakarta-Cirebon. Di samping itu, mereka dengan mudah dapat mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok dari arah Bandung maupun Jakarta.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok
Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok selama satu hari penuh. Usaha dan rencana para pemuda untuk menekan kedua pemimpin bangsa Indonesia itu agar cepat-cepat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan tentara Jepang tidak dapat dilaksanakan. Dalam peristiwa Rengasdengklok tersebut tampaknya kedua pemimpin itu mempunyai wibawa yang besar sehingga para pemuda merasa segan untuk mendekatinya, apalagi melakukan penekanan. Namun, melalui pembicaraan antara Shodanco Singgih dengan Soekarno, menyatakan bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah kembali ke Jakarta.

Berdasarkan pernyataan Soekarno itu, pada tengah hari Shodanco Singgih kembali ke Jakarta untuk menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan yang akan disampaikan oleh Soekarno kepada kawan-kawannya dan para pemimpin pemuda. Sementara itu, di Jakarta sedang terjadi perundingan antara Achmad Subardjo (mewakili golongan tua) dengan Wikana (mewakili golongan muda). Dari perundingan itu tercapai kata sepakat, bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Di samping itu, Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumah kediamannya dijadikan sebagai tempat perundingan dan bahkan ia bersedia menjamin keselamatan para pemimpin bangsa Indonesia itu.

Akhir Peristiwa Rengasdengklok
Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dengan Laksamana Tadashi Maeda itu, Jusuf Kunto bersedia mengantarkan Achmad Subardjo dan sekretaris pribadinya pergi menjemput Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke Rengasdengidok, Achmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta Cudanco Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta beserta rombongan untuk kembali ke Jakarta. Rombongan tersebut tiba di Jakarta pada pukul 17.30 WIB. Itulah sejarah singkat peristiwa Rengasdengklok yang terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan.
http://jagosejarah.blogspot.co.id/
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 06:48:00 PM
Pengetahuan Umum
Pengetahuan Umum Updated at: 10/18/2015 06:48:00 PM